Bintang Natal

∙ Cotton Voile Sarong ∙ Material : Cotton Voile ∙ Length : 67" (170 cm) ∙ Width : 40.5" (103 cm) ∙ Machine Wash Cold ∙ Wash Inside Out ∙ Do Not Dry Clean ∙ Do Not Bleach ∙ Dry in Shade ∙ Iron Low on Reverse Side

Actual product color may vary from the images shown. Every monitor and mobile display have a different capability to display colors, and every individual may see these colors differently. Furthermore, lighting conditions at the time the photo was taken can also affect an image’s color.

Pithecanthropus cannot guarantee that the color you see accurately portrays the true color of the product.

For international shipping, we use FedEx and the cost would depend on weight based and the destination. Unfortunately, we can not ship to P.O Box for international shipping.

Once you have received your shipping confirmation email, you can track your order on the courier service website to see the status of delivery. Please note that it may take 24 hours for tracking updates to appear.

Customers are responsible for all customs & duties associated with your own country. For detailed information, we recommend contacting your local customs office. We are legally required to declare the full value paid on all orders and must include the correct invoice for customs should they request this.

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um

Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.

Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.

Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.

Kami mohon maaf atas kebingungannya, tetapi kami tidak bisa tahu apakah Anda adalah seseorang atau skrip.

Centang kotak ini dan kami akan berhenti menghalangi Anda.

Belanja di App banyak untungnya:

∙ Printed Cotton Voile Fabrics ∙ Length : 108" (275 cm) ∙ Width : 41.5" (105 cm) ∙ Machine Wash Cold ∙ Do Not Dry Clean ∙ Do Not Bleach ∙ Dry in Shade ∙ Iron Low on Reverse Side

Actual product color may vary from the images shown. Every monitor and mobile display have a different capability to display colors, and every individual may see these colors differently. Furthermore, lighting conditions at the time the photo was taken can also affect an image’s color.

Pithecanthropus cannot guarantee that the color you see accurately portrays the true color of the product.

For international shipping, we use FedEx and the cost would depend on weight based and the destination. Unfortunately, we can not ship to P.O Box for international shipping.

Once you have received your shipping confirmation email, you can track your order on the courier service website to see the status of delivery. Please note that it may take 24 hours for tracking updates to appear.

Customers are responsible for all customs & duties associated with your own country. For detailed information, we recommend contacting your local customs office. We are legally required to declare the full value paid on all orders and must include the correct invoice for customs should they request this.

Bintang Natal atau Bintang Betlehem adalah bintang yang hadir di langit, sebagai penunjuk jalan bagi orang-orang Majus dari Timur untuk mencari Raja yang lahir di Israel yaitu Yesus Kristus. Bintang ini tercatat dalam Alkitab di Injil Matius sebagai kejadian alam yang menjadi pertanda akan kelahiran Yesus Kristus di Betlehem. Sepanjang sejarah, banyak orang berusaha mencari tahu kira-kira bintang apakah yang dilihat orang Majus tersebut: Apakah bintang tersebut adalah sebuah kejadian alam yang benar-benar terjadi atau hanya sebuah mitos rohani yang merupakan sebuah tanda supranatural.

Bintang yang dilihat oleh orang-orang Majus itu pun kemudian menimbulkan perdebatan selama berabad-abad.

Kutipan Matius 2:1-9: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi (Kitab Mikha): Dan engkau Bethelem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel."

Dalam Alkitab tidak dijelaskan lebih dalam mengenai ciri-ciri bintang tersebut, namun dikatakan bahwa bintang tersebut tampak di sebelah barat dari tempat asal orang-orang Majus dan di sebelah selatan dari Yerusalem yaitu ke arah Betlehem, Yudea.

Meteor adalah kilatan cahaya di langit yang terjadi ketika debu-debu angkasa memasuki atmosfer Bumi dan terbakar. Umumnya meteor yang dilihat hanya seukuran pasir dan akan habis terbakar di atmosfer. Bila bintang natal adalah meteor yang dilihat oleh orang-orang Majus maka harus muncul di arah timur. Memang kemunculan meteor dapat dari arah mana pun dilihat dari muka Bumi. namun durasinya yang singkat biasanya hanya beberapa detik, membuatnya sukar dikesani sebagai “diam” di atas Kota Bethlehem oleh orang-orang Majus seperti pada alkitab. Bila dikaitkan dengan tradisi, penampakan meteor tidak pernah dianggap sebagai pertanda kelahiran calon pemimpin.

Nova, berasal dari Nova Stella yang berarti "bintang baru", merupakan bintang yang cahayanya menjadi sangat terang secara tiba-tiba. Kini diketahui nova adalah bintang meledak. Terang cahaya nova bisa 50.000 kali lebih terang daripada Matahari dan mampu bertahan hingga berbulan-bulan sebelum akhirnya meredup kembali. Peristiwa supernova jauh lebih dahsyat daripada nova. Bintang yang meledak bisa miliaran kali lebih terang daripada sebelumnya. Catatan astronomi menunjukkan, sejak penemuan teleskop tahun 1610 hingga kini, belum ditemukan supernova dalam galaksi kita, Bima Sakti.

Supernova terakhir di Bima Sakti ditemukan tahun 1054 (dicatat oleh astronom Cina dan Jepang), 1572 (diamati oleh Tycho Brahe, astronom Denmark), dan 1604 (diamati oleh Johannes Kepler). Dalam catatan astronomi Cina kuno tidak ditemukan supernova pada sekitar 5 SM, hanya sebuah nova pada sekitar tanggal 10 Maret-27 April 5 SM di rasi Capricornus (Kambing Laut). Nova ini bisa jadi yang dimaksud oleh orang-orang Majus sebagai bintang yang mereka lihat terbit di timur. Namun, Nova, seperti bintang-bintang lainnya, posisinya relatif tetap dan tidak akan tampak bergerak. Selain itu, penampakan nova di langit malam akan membuatnya menjadi objek yang mencolok dan mudah dikenali, sehingga semestinya tidak hanya orang majus yang memperhatikannya, tetapi semua orang saat itu pasti melihatnya.

Teori lain menyebutkan komet. Meskipun manuver yang diperlukan dalam syarat Bintang Natal dipenuhi bintang berekor ini, dalam berbagai budaya komet identik dengan pertanda buruk atau bencana. Jadi, sejumlah pakar beranggapan bahwa komet tidak mungkin sebagai Bintang Bethlehem. Namun, pada tahun 5 SM, catatan astronomi Tiongkok dan Korea melaporkan adanya sebuah komet yang dapat dilihat selama 70 hari (= 10 minggu) lamanya.[1]

Laporan dari Tiongkok, yaitu Tawarikh “Ch'ien-han-shu” (Ho Peng-Yoke 20 katalog nomor 63[2]), berbunyi demikian:

Catatan ini dapat diterjemahkan:

Catatan Tiongkok mempunyai istilah-istilah khusus untuk membedakan benda-benda langit.[4] "Komet berekor" disebut "sui-hsing" atau "hui-hsing", artinya "bintang sapu", di mana "sapu" melambangkan "ekor komet". "Komet tanpa ekor" disebut "po-hsing", dan suatu "nova" disebut "k'o-hsing", artinya "bintang tamu".[2] Laporan di atas menyatakan yang dilihat adalah sebuah “hui-hsing”, atau “bintang/komet berekor”, tetapi catatan selanjutnya mengandung elemen-elemen yang tidak konsisten dengan ciri-ciri komet. Misalnya, tawarikh tersebut menyatakan posisi benda langit tersebut tetap di satu tempat selama dua setengah bulan, tidak masuk akal bila itu sebuah komet. Dapat dibandingkan dengan laporan komet Halley ("po-hsing") pada tahun 12 SM yang sebenarnya redup dan tidak cukup menakjubkan, tetapi sangat rinci laporannya, dengan runtunan jalur pergerakannya di langit jelas dilaporkan. Sedangkan benda langit pada tahun 5 SM ini hampir tidak disebutkan detailnya, meskipun dilaporkan lebih terang dan ada ekornya. Biasanya pula komet yang terang dilaporkan pergerakannya, panjang ekornya, bentuk dan kadang kala warnanya pula. Namun, di sini tidak ada laporan semacam itu.[1]

Selain laporan Tiongkok, ada catatan kedua yang lebih kontroversial ditemukan di Korea, dalam tulisan "Sejarah Tiga Kerajaan - Tawarikh Silla (Samguk Sagi)”, yang berbunyi:

Catatan Korea dari masa itu kurang detail dan kurang dapat dipercaya, nyata dari sejumlah inkonsistensi catatan ini jika dibandingkan dengan catatan Tiongkok. Penulis tanpa sadar mencatat 30 Februari. Sekarang dipahami bahwa "Chi-yu" seharusnya adalah "I-yu", sebuah karakter yang mirip dalam tulisan Tionghoa dan sering kali dirancukan. Demikian juga dicurigai bahwa tahun yang dicatat di Korea terlambat 1 tahun dari seharusnya. Jika dikoreksi demikian, maka dapat ditafsirkan:

Rasi bintang Tiongkok, Ho-Ku, termasuk Altair, yaitu bintang paling terang di daerah langit tersebut di antara bintang-bintang dari sisi selatan rasi bintang Aquila, yang berbatasan dengan Capricornus. Nyatanya di antara rasi-rasi bintang Tiongkok, Ho-Ku dan Chi’en-Niu, yang meliputi bintang-bintang di sisi paling utara Capricornus, terdapat tempat kosong yang jarang terlihat bintangnya. Dengan demikian Altair dan Alpha serta Beta Capricornii merupakan titik rujukan yang jelas di angkasa. Meskipun bintang itu terletak di sebelah selatan Aquila dan dekat Alpha serta Beta Capricornii, kemungkinan astronom Korea mengambil mudahnya dengan merujuk pada bintang Altair, yang lebih terang.[1]

Dengan demikian dapat diperkirakan posisi bintang yang muncul kira-kira dalam wilayah dengan radius 5 derajat di sebelah selatan Aquila atau di sebelah utara Capricornus dan muncul di pertengahan sampai akhir bulan Maret 5 SM, mempunyai posisi rujukan kira-kira: "R.A. 18h30m, Dec. –12º (J2000)", yaitu antara Theta Aquilae dan Alpha Capricornii.[1]

Pada bulan Maret/April rasi bintang Capricornus terbit di timur terlihat dari Arabia, Persia dan sekitarnya dan pertama kali tampak di fajar pagi hari. Hal ini cocok dengan yang disampaikan oleh orang-orang majus dari Timur yang mengatakan bahwa: "Kami melihat bintang-Nya di timur"[5] atau ada terjemahan alternatif: "melihat bintang-Nya saat terbit di timur." Jika terjemahan ini benar, maka hal ini sesuai dengan catatan astronomi Tiongkok mengenai munculnya benda langit itu pada waktu pagi di arah timur.[2]

Dalam catatan tersebut juga disebutkan bahwa bintang itu tampak terus menerus selama 70 hari, bukannya dilihat dua kali sebagaimana komet (sekali ke arah perihelion, sekali menjauhinya). Lamanya penampakan ini sesuai dengan perkiraan lamanya perjalanan para orang Majus itu, yaitu 1-2 bulan, dan kemungkinan pergerakan bintang itu dari timur ke selatan. Jadi, setelah orang-orang Majus tersebut melihat pertama kali setelah perihelion di timur, di Capricornus, pada pagi hari, dan bergerak ke arah barat daya (lebih ke selatan), mereka mengikutinya sampai ke Yerusalem (sebelah barat daya dari Persia), yang memakan waktu sekitar 1-2 bulan, dan melihat bintang itu di selatan dan akhirnya menghilang setelah 70 hari lebih.[2]

Teori astronomi yang paling kuat mendekati adalah peristiwa konjungsi planet Jupiter-Saturnus. Sepanjang tahun 7 SM, terjadi 3 kali konjungsi yang melibatkan Jupiter dan Saturnus di rasi bintang Pisces (Ikan) dimulai dengan konjungsi pertama pada tanggal 29 Mei, kemudian diikuti konjungsi kedua pada 1 oktober dan yang ketiga 4 Desember. Setelah itu pada Februari 6 SM, terjadi lagi konjungsi antara Mars, Jupiter dan Saturnus yang terjadi setiap 805 tahun. Dalam konjungsi pertama pada tahun 7 SM, Jupiter dan Saturnus baru terbit setelah lewat tengah malam, sehingga akan tampak di arah timur sebelum Matahari terbit. Pada konjungsi kedua, kedua planet terbit saat Matahari terbenam dan akan terlihat sepanjang malam. Selang waktu terjadinya konjungsi memungkinkan para Majus melakukan perjalanan dari Timur menjumpai Herodes, setelah melihat bintangNya di timur (Matius 2:2).

Tak bisa dimungkiri kalau kelahiran seseorang pada masa itu sering kali dikaitkan dengan tanda-tanda tertentu di langit. Nah, pada masa itu konjungsi Jupiter (mag -2.5) dan Saturnus (mag 0.8) bisa dikatakan merupakan tanda ideal kehadiran raja baru. Jupiter dikenal sebagai “Planet of Kings” (Planet raja-raja) sementara Saturnus dikenal sebagai “Protector of Jews” (Pelindung bangsa Yahudi), memberi indikasi kedatangan “Raja yang akan melindungi seluruh bangsa Yahudi”.

Bagi astrolog zaman dahulu, rasi bintang Pisces (ikan) dikenal sebagai rumah bangsa Ibrani, Jupiter merupakan “ruler of the universe” (penguasa alam semesta) dan Saturnus diasosiasikan dengan Israel. Hal ini memberi kesan kalau konjungsi tersebut merupakan pertanda “King of Israel and Ruler of a Universe about to be born in Israel” (Raja Israel dan penguasa alam semesta akan lahir di Israel). Yang perlu diingat dan ditandai, peristiwa konjungsi Jupiter-Saturnus sangatlah jarang, dan hanya terjadi dalam interval waktu antara 40 - 338 tahun. Tentulah kejadian ini akan dianggap spektakuler oleh orang-orang yang mempelajari benda-benda langit dan mulai mengasosiasikannya dengan suatu kejadian. Bagi orang-orang Majus yang juga mengenali sejarah Bangsa Yahudi dan kepercayaannya. kejadian ini menjadi pertanda kalau Mesias yang dinubuatkan akan lahir dan menyelamatkan bangsa Yahudi.

"Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.”(Matius 2:9)

Setelah bertemu Herodes, orang-orang Majus kemudian menuju kota Betlehem kira-kira 10 kilometer (6,2 mi) di arah selatan Yerusalem. Dalam pengamatan mereka, bintang yang mereka lihat di Timur sudah bergerak mendahului mereka dan berhenti di atas kota Betlehem. Pada pertemuan pertama Jupiter dan Saturnus memang terlihat di timur setelah lewat tengah malam, namun saat terjadi konjungsi kedua dan ketiga (Oktober dan Desember 7 SM) keduanya akan tampak berada di zenith (titik tertinggi yang dicapai dalam gerak harian benda langit) setelah matahari terbenam. Hal inilah yang menyebabkan kedua planet ini seolah-olah berhenti di atas langit kota Betlehem, memberi tanda pada orang Majus kalau sang Raja itu ada di sebuah rumah tertentu.

Dalam bahasa aslinya, kata yang diterjemahkan "di Timur", en te anatole. Artinya, bisa diterjemahkan juga: "yang terbit sangat terang". In its rising. Barangkali ini mencerminkan pengalaman dahsyat orang Majus karena sangat terang benderangnya bintang itu. Sangat pantaslah, bahwa sekian triliun kali cahaya matahari harus dipancarkan untuk menandai kelahiran "Sang Terang Dunia". Orang-orang Majus itu mesti mencari makna astrologisnya.

Kalau diterima bahwa bintang itu adalah konjungsi planet Jupiter dan Saturnus pada tahun 7 SM, maka ini cocok dengan lempengan batu ditemukan di Menara kuno Zippar, di tepi sungai Efrat. Jadi tempatnya juga sekaligus cocok dengan asal orang-orang Majus tadi. Bunyi lempengan batu itu, dalam bahasa Babel kuno: MULLU-BABA U KAIWANU INA ZIPPATI. Artinya: "Jupiter dan Saturnus dalam rasi bintang Pisces." Perhitungan tanggalnya juga cocok, Desember 7 SM. Bukti-bukti arkeologi lain juga dijumpai dalam sebuah papyrus dari tahun 42 Masehi, yang juga mencatat konjungsi 2 planet itu. Sekarang papyrus ini disimpan di Berlin. Kembali ke lempengan Zippar dan hubungannya dengan orang Majus. Lempengan Zippar ini pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana Jerman bernama P.Scanable pada tahun 1925. Menurut Scanable, di kota Zippar terdapat sekolah Astrologi yang terkenal pada zaman Babel kuno.

Lempengan Zippar menyebut dalam bahasa Babel KAIWANU, istilah Aramnya: KAWBAH. Jadi mungkin ucapan orang Majus itu mendekati dialeknya dengan terjemahan Peshitta: Hazin Geir Kawbah be Madintah. "Kami telah melihat bintangnya yang terbit di Timur". Dalam proses pertukaran bunyi, the ponetic corespondence, itu lazim terjadi dalam kajian bahasa serumpun. Kaiwanu, menjadi: Kawbah, dalam bahasa Aram. Dan paralel istilah bahasa Arabnya, barangkali: Kawakib, Kawkabat. Artinya sama, bintang atau sebuah bintang. Nah, lebih menarik lagi kalu kita coba melacak kira-kira adakah makna tertentu dalam "simbols of Babylonian Astrology". Ternyata ada. Bintang-bintang itu, dalam astrologi Babel kadang-kadang diidentikkan dengan bangsa-bangsa tetangga mereka, selain dikaitkan dengan makna lain. Dari hasil penelitian naskah-naskah kuno agama Babel, Pisces itu lambang the End Times, "zaman akhir". Jupiter sebagai planet terbesar, the royal planet in Babylonian astrology, melambangkan The Ruler, Raja atau Penguasa. Sedangkan Saturnus melambangkan Negara Palestina. Jadi, berdasarkan cara berpikir orang Babel, fenomena perbintangan itu dapat diartikan:"Seorang Raja, Penguasa telah datang pada zaman akhir ini, di Palestina".

Konjungsi ini muncul pada kisaran tahun 3 SM - 2 SM di saat perayaan Tahun Baru Yahudi, Rosh Hashanah. Saat itu di bulan September saat orang Majus mengamati langit, tampak Jupiter memulai proses konjungsinya dengan bintang Regulus.

Regulus berasal dari kata Regal, orang Babilon menyebut Regulus “Sharu”, yang berarti raja. Orang Romawi menyebutnya Rex, yang juga berarti raja. Dan pada awal tahun Yahudi, “Planet of Kings” bertemu dengan “Star of Kings”. Yang menarik, saat itu Jupiter bergerak berlawanan dengan gerak bintang. Gerak inilah yang kita kenal sebagai gerak retrograde. Mungkin gerak retrograde Jupiter inilah yang menarik perhatian orang Majus, karena setelah mengalami konjungsi dengan jarak terdekatnya dari Regulus, Jupiter memasuki masa gerak retrogradenya. Tapi kemudian, Jupiter berubah pikiran dan kembali bergerak mendekati Regulus dan mengalami konjungsi kedua. Setelah pertemuan kedua, Jupiter kembali berbalik arah dan bertemu untuk ketiga kalinya dengan Regulus. Maka terjadilah triple conjunction. Kejadian seperti ini sangatlah jarang, dan setelah beberapa bulan yang terlihat Raja Planet ini sedang menari halo di atas Regulus. Laksana penobatan sang raja.

"Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.” " (Wahyu 5:5)

Bukan hanya itu. Pertemuan Jupiter dan Regulus sendiri berlangsung di rasi bintang Leo, yang berlambang singa dan diasosiasikan dengan bangsa Yehuda. Sedangkan, Singa Yehuda sendiri merupakan perlambangan dari Yesus, Mesias yang akan datang dari bangsa Yehuda. Fenomena alam ini sepertinya memberi pertanda akan kedatangan Raja Yahudi. Inilah yang bisa jadi menjadi alasan orang Majus mengikuti bintang terang tersebut menuju Bethlehem menemui Yesus. Tuhan memakai kejadian sehari-hari yang biasa ditemui orang Majus untuk membawa mereka datang kepada Kristus. Kejadian alam yang diasosiasikan dengan kepercayaan setempat membawa kesimpulan akan kelahiran seorang Raja di tengah mereka.

Kisah Bintang Natal sampai saat ini masih tetap menjadi misteri yang menarik. Belum ada kesepakatan, teori astronomi mana yang paling tepat menggambarkan peristiwa Bintang Natal ini. Namun di antara misteri dan ketidakpastian itu satu hal yang pasti, kemuliaan Allah dinyatakan di antara bangsa-bangsa lewat kehadiran peristiwa alam, budaya, dan mitologi masyarakat zaman itu yang menghantarkan orang-orang majus menemukan Raja yang baru lahir yaitu Yesus Kristus.